Kamis, 11 Februari 2010

MSG: Amankan bagi tubuh?

MSG adalah bahan penambah cita rasa yang hampir setiap hari kita konsumsi. Tengoklah komposisi mi instan yang kita santap atau makanan ringan yang kita makan. Sebagian besar mengandung monosodium glutamat (MSG), kadang-kadang ditulis mononatrium glutamat. Natrium adalah kata yang lazim digunakan di Indonesia untuk mengganti kata sodium.

MSG tidak hanya ditemukan pada makanan buatan pabrik, tetapi juga pada makanan tradisional misalnya bakso, mie basah atau goreng, sayur, dan sebagainya. Bahkan, takaran penggunaan vetsin (yang bahan bakunya adalah MSG) pada makanan tersebut cenderung tidak terukur atau hanya berdasarkan perasaan saja.

Glutamat pertama kali ditemukan oleh Ritthausen dari Jerman di tahun 1866, sedangkan Profesor Kikunae Ikeda dari Tokyo Imperial University pada tahun 1907 untuk pertama kalinya berhasil mengesktrak kristal asam glutamat dari air kaldu sejenis rumput laut (Jepang: kombu broth). Rasa kristal asam glutamat ini dinamakannya "umami". (IGIS, 2007)

Banyak publikasi menunjukkan tingkat keamanan penggunaan MSG dalam makanan. FDA (Food and Drug Administration, semacam BPOMnya Amerika Serikat) mengkategorikan MSG sebagai Generally Recognized As Safe (GRAS), yaitu MSG aman untuk pemakaian tak berlebih, seperti halnya garam, soda, dll (US-FDA,1995). Pada tahun 1987, the Joint Expert Committee on Food Additives (JECFA) dari United Nations Food and Agriculture Organization (FAO) dan World Health Organization (WHO) menegaskan bahwa monosodium glutamat itu aman. Di tahun 1991, the European Commission's Scientific Committee for Food (SCF) menegaskan kembali keamanan monosodium glutamat. Begitu pula Federation of American Societies for Experimental Biology (FASEB) dalam laporannya kepada FDA pada tahun 1995, menyebutkan bahwa monosodium aman untuk dikonsumsi. (IGIS,2007)

Tetapi beberapa kalangan menuding bahwa MSG dapat menjadi pencetus timbulnya berbagai macam masalah kesehatan.

Pada beberapa orang yang sensitif, MSG dapat menyebabkan sakit kepala, mual, lemas, dan nyeri leher bagian belakang. Beberapa diantaranya mengeluh sesak dan perubahan denyut jantung. MSG yang berlebihan juga dihubungkan dengan “Chinese Restaurant Syndrome”, yaitu kumpulan gejala yang timbul setelah makan masakan restoran. Gejala tersebut antara lain kebas, jantung berdebar, lemas, sakit kepala, gangguan tidur, nyeri perut, gangguan penglihatan, dsb (DoctorNDTV, 2005).

MSG juga dianggap sebagai salah satu bahan eksitotoksin, yaitu bahan yang dapat merusak sel otak, terutama pada daerah hipotalamus. Rusaknya daerah hipotalamus dapat berakibat gangguan pertumbuhan, kegemukan, perawakan pendek, dan gangguan reproduksi. Meningkatnya kegemukan di masyarakat disinyalir berasal dari efek eksitotoksin ini. (Veracity, 2005).

Beberapa percobaan pada tikus juga menunjukkan efek negatif MSG. Penelitian yang dilakukan oleh Bellhorn RW dkk menunjukkan bahwa MSG mengganggu pertumbuhan pembuluh darah retina mata. Penelitian yang dilakukan Singh K dan Ahuwalia menyebutkan peningkatan bermakna peroksida lipid pada pembuluh darah arteri.

Scientific Paper tentang Eksitotoksin dan Saraf dapat ditemukan di http://www.dorway.com/blayenn.html (Bahasa Inggris).

Referensi :

DoctorNDTV (2005) : Does monosodium glutamate (MSG) harm the food in any way?. http://www.doctorndtv.com/
International Glutamate Information Service – IGIS (2007) : Penemuan, Keamanan Monosodium Glutamat. http://indonesia.glutamate.org/
US Food and Drug Administration (1995). FDA and Monosodium Glutamate (MSG). http://www.cfsan.fda.gov/
Veracity D (2005) : The link between monosodium glutamate (MSG) and obesity. http://www.newstarget.com/


Sumber :
http://www.wartamedika.com/2007/10/msg-amankan-bagi-tubuh.html
29 Oktober 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar